, Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra pernah mengenang Habibie di masa silam. Dia menyebut Habibie telah mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan bangsa dan negara.Yusril mengaku pertama kali rapat dengan BJ Habibie saat mantan Presiden Indonesia ke-3 itu masih menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi. Kemudian, hubungan keduanya semakin dekat ketika Habibie menjadi wakil presiden.Yusril sendiri kala itu menjabat sebagai asisten Menteri Sekretaris Negara."BJ Habibie memperlakukan saya sama seperti Pak Harto. Karena usia saya masih sangat muda, saya diperlakukan seperti "anak". Bukan diperlakukan sebagai staf Sekretariat Negara atau staf Kepresidenan," tutur Yusril melalui keterangan tertulis.Yusril dengan Habibie semakin dekat ketika gelombang massa menuntut reformasi 1998 semakin besar. Apalagi ketika Habibie menjabat sebagai presiden."Setelah jadi Presiden, tugas saya adalah menyiapkan naskah-naskah Kepresidenan dan pidato-pidato Presiden BJ Habibie. Hubungan kami jadi sangat dekat," ucap Yusril.Bacharuddin Jusuf Habibie wafat di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta pada pukul 18.05 WIB, Rabu (11/9). Dia meninggal di usia yang ke-83.Pemerintah lalu menetapkan hari berkabung nasional hingga 14 September mendatang. Selain itu, kantor-kantor pemerintah baik di dalam mau pun luar negeri juga diminta mengibarkan bendera setengah tiang."Kami mengimbau kepada masyarakat, juga kepada kantor-kantor lembaga negara atau pemerintah, baik di dalam maupun luar negeri untuk mengibarkan bendera setengah tiang sampai tanggal 14 September 2019," ujarnya.
Yusril Itu BJ Habibienya Bidang Politik
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra pernah menyampaikan perihal kenapa ia mundur sebagai calon presiden RI pada tahun 1999 silam.
Mantan Menteri Hukum dan HAM di era Presiden Abdurrahman Wahid ini mengatakan, kepribadian diturunkan keluarga besarnyalah membuat peluang di depan mata untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia itu akhirnya kandas.
"Saya ini dipengaruhi keluarga yang tidak silau jabatan. Walaupun kesempatan memiliki kekuasan itu ada. Padahal 1999 itu saya sudah menghitung kekuatan dan akan menang menyaingi Gus Dur," kata Yusril suatu waktu, Selasa, 26 September 2017, di Hotel Arya Duta, Pekanbaru.
Ia dijegal Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) saat itu dipegang Amien Rais. Padahal, Yusril telah mengantongi suara 206 suara unggul atas KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dengan raihan 185. Namun masih berada di bawah Megawati 304.
"Kalau saya maju saat itu, pemungutan suara akan dilakukan dua kali. Kalau saya maju juga, Gus Dur pasti out. Karena saat itu kita sudah hitung di lapangan suara Gus Dur hanya mendapat 185. Sedangkan saya 206 dan Megawati 304," tuturnya mengenang peristiwa kala itu.
Desakan bertubi-tubi dari berbagai kalangan, akhirnya Yusril Ihza Mahendra mengalah dan menyerahkan suaranya untuk Gus Dur akhirnya sebagai Presiden keempat. Gus Dur terpilih karena MPR menolak laporan pertanggungjawabannya.
"Tapi itulah. Habibie waktu itu marah besar sama saya. Katanya seperti ini, "Lebih baik kompromi sama Megawati. Mega presidennya atau you wakilnya ". Tapi saya tak terpikir sampai disitu pada tahun 1999 itu," ceritanya pilu.
"Hikmahnya di sini kekuasaan itu tidaklah segala-galanya. Itu yang masih teringat dari kakek saya," tutupnya.
Dialog bersama Yusril Ihza ini merupakan bagian dari rangkaian safari politik ke seluruh wilayah Indonesia, baik di internal maupun eksternal. Tujuannya, guna menghadapi kontestasi politik pada Pemilu Serentak 2019 yang akan dat
Komentar
Posting Komentar