Cara KAHMI Melewati Disrubsi: Yakusa!


 Cara KAHMI Melewati Disrubsi: Yakusa! -

Dr. Ahmad Doli Kurnia Tandjung, 



oleh: Dr. Ahmad Doli Kurnia Tandjung, Koordinator Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), 2023-2027


Beberapa waktu lalu, penulis dalam sebuah wawancara sempat membahas fenomena VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Itu adalah suatu kondisi dunia yang kian bergejolak, kompleks, dan makin tidak pasti. Ketidakpastian tersebut bukan prediksi semata, melainkan sudah terjadi-bahkan baru saja kita lalui. Diantaranya Pandemi Covid-19 di awal 2020 yang datang tiba-tiba, perang Rusia-Ukraina, 2022 (melibatkan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang berkepanjangan, runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB), 2023 di Amerika Serikat (AS), dan masih banyak lagi. Dari berbagai momen VUCA tersebut, satu benang merah adalah perkembangan teknologi yang demikian cepat telah mengubah tatanan sosial, politik dan ekonomi. Dengan kalimat lain, kemajuan teknologi mengubah peradaban manusia!


Tesis itu terkonfirmasi ketika muncul fenomena lain: disrubsi! Kata ajaib ini bahwa menjadi “tema wajib” di banyak rapat, summit, dan konferensi di dunia dalam lima tahun terakhir. Secara umum, disrubsi dimaknai sebagai perubahan masif yang mengubah sistem dan tatanan kehidupan ke arah baru. Fenomena ini muncul karena adanya inovasi, kreativitas baru dan teknologi. Terkait VUCA, pemerintahan, lembaga atau perusahaan yang tidak mampu mengantisipasi disrubsi, maka ia akan tertinggal, tidak relevan, bahkan hilang.



Di dunia bisnis kita melihat tumbangnya nama-nama besar seperti Blackberry dan Nokia, yang sebelumnya dianggap sebagai poros teknologi. Faktanya mereka gagal mengantisipasi munculnya Smartphone dengan kecanggihannya. Di dunia perbankan, kemajuan digitalisasi di semua bidang mengancam hilangnya sejumlah pekerjaan, seperti teller (kasir) dan customer service (pelayanan pelanggan). Ada banyak hal lain yang berubah karena disrubsi. Pertanyaannya, apakah kita akan diam dan digilas sejarah? Atau kita akan bergerak, berinovasi, belajar dari perubahan, agar tetap relevan di era disrubsi ini?


Dalam konteks tersebut, KAHMI dan HMI-juga banyak organisasi lainnya-sebagai organisasi mahasiswa dan alumni, kini juga menghadapi tantangan yang sama. Semangat memajukan Keindonesiaan dan Keislaman untuk mewujudkan Insan Cita tentu tidak akan berubah. Tetapi setiap zaman punya “ciri dan cara” nya masing-masing. Kita tidak bisa memaksakan pendekatan masa lalu untuk menjadi problem solving (penyelesaian masalah) di masa depan. Oleh karenanya dibutuhkan kemampuan adaptasi dari seluruh stakeholders (pemangku kepentingan) KAHMI di setiap daerah. Selanjutnya kita bersama-sama melakukan terobosan, lalu membuat karya-karya besar.


Database dan Inovasi


Tiga langkah yang harus kita lakukan untuk tetap relevan dalam era disrubsi teknologi sekarang ini, pertama, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Itu dilakukan mulai dari meninjau ulang kurikulum Latihan Kader (LK) HMI, tanpa mengurangi tujuan organisasi untuk terus menyalakan semangat Keislaman, Keindonesiaan, dan Intelektualitas. Pola LK juga mesti ditinjau ulang di era yang makin canggih ini. Misalnya dengan mengadopsi pembelajaran dan pelatihan jarak jauh.


Kedua, menerapkan digitalisasi di berbagai bidang, mulai dari perekrutan kader, pelatihan, alumni, hingga program-program kerja. Banyak organisasi mahasiswa memiliki tujuan-tujuan besar, namun seringkali lalai dalam hal-hal teknis. Misalnya database, hampir setiap periode kepengurusan selalu kesulitas memperbarui data secara berkesinambungan. Hambatannya macam-macam, mulai dari kesekretariatan kerap berganti, pengaruh konflik elite, hingga tidak adanya dana untuk pengadaan infrastruktur.


Padahal database adalah Koentji!. Bahkan hari ini, data telah bertransformasi maknanya menjadi big data (data besar) yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Untuk itu, digitalisasi menjadi keniscayaan guna membangun basis data HMI-KAHMI, demi keberlangsungan organisasi. Dengan digitalisasi, akan mempermudah rangkaian proses dan tahapan yang njelimet. Kata kuncinya efisiensi, karena terbukti digitalisasi dapat meningkatkan produktivitas suatu lembaga.


Ketiga, terus mendorong inovasi, dalam arti tidak berhenti di satu program, namun terus melihat kemungkinan pengembangan program tersebut. Dalam dunia bisnis, inovasi adalah kunci sukses dari mempertahankan pasar. Sebab, ketika perusahaan lengah dan telat melakukan inovasi, maka perusahaan-perusahaan baru siap merebut pangsa pasar dan mendominasinya. Begitu juga dengan KAHMI, ketika kita gagap melakukan inovasi, maka cepat atau lambat kita akan ditinggalkan dan tidak relevan. Oleh karenaya dibutuhkan ketekunan dari semua pihak agar ketiga syarat tersebut dapat dipenuhi.


Mampukah KAHMI melakukan tiga terobosan di atas agar tetap relevan hingga ratusan tahun mendatang? Tak ada yang tak mungkin bila kita berusaha. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat At-Taubah Ayat 105, “Waqulimalu fa sayarallahu amalakum wa rasuluhu walmuminun….”. Makna dari ayat tersebut, bahwa kita semua dituntut bekerja keras, bekerja maksimal, karena itu juga bagian dari ibadah di mata Allah SWT. Dengan kata lain, kita harus melihat KAHMI sebagai ladang amal dengan cara menebarkan kebaikan ke semua pihak, khususnya anak-anak muda, melalui berbagai platform yang sesuai dengan masanya.


Aset Keanggotaan


Dan Alhamdulilah, KAHMI sejak beberapa tahun lalu telah menginisiasi amal shaleh tersebut, berupa program untuk berkontribusi kepada masyarakat dan negara. Hal ini penting, sebab kita bukanlah organisasi ekslusif yang hanya melakukan pekerjaan untuk diri kita. Sebaliknya, demi mewujudkan amanat Sila Kelima Pancasila, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, maka KAHMI harus melakukan berbagai inovasi yang manfaatnya dirasakan seluruh masyarakat. Setidaknya tiga hal yang menjadi prioritas, sekaligus landmark KAHMI di era disrubsi ini, yang sebagian diantaranya telah dijalankan.


Pertama, Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) yang didirikan di tengah era pandemi, 2021, dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. UICI merupakan kampus total daring (online) pertama di Asia Tenggara, dan yang ketujuh di dunia (sebelumnya kampus-kampus besar dunia sudah melakukannya, diantaranya Harvard University, Oxford University, MIT, Ohio University dan lain-lain). Sampai hari ini, UICI didukung oleh lebih dari 3 ribu guru besar dan doktor, pebisnis, profesional, dan pejabat publik dari KAHMI.


Tak hanya kuliah online, UICI juga berhasil mengaplikasikan sistem yang fully digitalized (sepenuhnya digital), berupa Artificial Intelligence Digital Simulator Teaching Learning System (AI DSTLS). Dengan sistem tersebut, mahasiswa dapat belajar dimana saja, dengan atau tanpa tanpa koneksi internet. Hal ini sesuai dengan semangat untuk memberikan akses pendidikan kepada semua orang, bahkan di daerah pelosok sekalipun.


Sistem pendidikan virtual ini ternyata mendapat sambutan hangat masyarakat, pada penerimaan mahasiswa baru 2022 lalu jumlah pendaftar di UICI mencapai 4.803 yang tersebar di 450 kota di 34 provinsi di Indonesia. Selain itu ada juga mahasiswa dari luar negeri seperti Arab Saudi, China, dan Inggris.


Kedua, KAHMI-Pay sebagai instrumen platform e-wallet untuk keluarga besar HMI dan masyarakat umum. Fakta menunjukkan transaksi digital kini penetrasinya semakin massif. Hal itu terlihat dari Riset Neurosensum Indonesia, terjadi peningkatan signifikan pembayaran non-tunai pascapandemi.


Angkanya, transaksi chasless (tanpa uang tunai) sebelum pandemi hanya berkisar 10 persen, namun sepanjang tahun 2020 (pandemi) terjadi lonjakan persentase penggunaan dompet digital yang mencapai 44 persen. Saat ini angkanya diperkirakan di atas 50 persen.


Aset yang dimiliki HMI juga menjanjikan, saat ini jumlah anggota HMI dan KAHMI sekitar 3 juta. Dari angka tersebut, bila kita ambil 1 juta saja yang mendaftar, maka itu akan menjadi kekuatan besar untuk menjalankan program, baik profit maupun non-profit. Potensi ini adalah kekuatan untuk membiayai berbagai program KAHMI, seperti UICI dan sebagainya.


Momentum KAHMI TV


Tetapi semuanya membutuhkan mekanisme dan sistem agar potensi tersebut tidak menguap begitu saja. Oleh karenanya dibutuhkan kesepahaman antar alumni, dan selanjutnya talenta profesional yang mengeksekusi ide tersebut. Bila handycap (rintangan) ini bisa dituntaskan, maka KAHMI-Pay akan menjadi kekuatan besar HMI dalam ekonomi nasional, termasuk benefit (keuntungan) bagi anggotanya.


Ketiga, KAHMI TV, sebagai media penyiaran profesional masa depan. Sudah waktunya KAHMI dan HMI, sebagai organisasi yang sudah cukup mature (dewasa) dalam sejarah bangsa ini, memiliki media atau industri media yang sustain. Oleh karenanya ketika ide ini muncul, kami langsung mendukung.


Televisi (TV) sekaligus jawaban atas kebutuhan digitalisasi di dunia penyiaran. Selama ini KAHMI terkadang kesulitan untuk mem-publish pemikiran para alumninya secara utuh, karena tetergantungan platform dari pihak lain. Maka dengan hadirnya KAHMI TV, akan semakin memperlancar pesan-pesan dari KAHMI, dalam kaitannya dengan pembangunan semangat kebangsaan dan keumatan.


Sebagaimana data di atas, ada ribuan profesor, doktor, dan intelektual yang berasal dari KAHMI. Belum lagi para profesional di berbagai bidang, yang memiliki kapasitas mumpuni. Semua ini tidak akan kemana-mana bila tidak diorkestrasi dalam satu irama sehingga menghasilkan nada yang merdu.


Selama ini para cendekiawan KAHMI mewarnai di hampir semua lembaga pemerintah, daerah, swasta, media penyiaran TV, cetak, online, dan channel-channel di internet. Betapa dahsyatnya bisa kekuatan itu diberikan saluran yang mumpuni, sehingga semangat Yakin Usaha Sampai (Yakusa) bisa diaplikasikan dalam dunia keseharian.


Di sisi lain, saat ini terjadi disrubsi di dunia penyiaran, bisnis model TV lama yang mahal, kini bisa digantikan oleh TV internet, seperti Youtube. Pergeseran talenta TV ke Youtube hanyalah awal dari dominasi siaran internet di masa datang. Dalam konteks ini, kehadiran KAHMI TV terasa relate dengan fakta sosial tersebut.


Belum lagi, potensi ini linear dengan belanja iklan global yang sebelumnya dikuasai televisi tradisional, tetapi kini mulai dikendalikan oleh Google dan Meta (sebelumnya Facebook), serta Amazon. Ketiganya mengambil lebih dari 74 persen dari pengeluaran iklan global, yang nilainya ekuivalen dengan Rp8.100 triliun atau hampir separuh dari nilai perekonomian Indonesia.


Dengan fakta tersebut, jelas KAHMI TV memiliki momentum untuk—tidak sekedar hadir-melainkan tumbuh, berkembang dan berbicara dalam pasar penyiaran nasional. Tidak ada yang tidak mungkin. Salam Yakusa!.

Komentar