Beda Gaya Parpol Zaman Dulu Dan Sekarang


 Inilah yang disebut politik Rondo ucul di era demokrasi lontong sayur.!


✓(Rondo: rumongso ora nyekel duit okeh)

Partai politik di zaman sekarang beda dengan partai politik zaman dulu.

Para pendiri partai politik zaman dulu sangat idealistic, memiliki gagasan besar dan memiliki rasa nasionalis yang tinggi.


✓(1). Bung Karno dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan ide kebangsaan.


✓(2). Bung Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri (PM) Indonesia pertama dengan Partai Sosialis Indonesia (PSI) adalah architect dibalik kemerdekaan Indonesia.


✓(3). Pak Natsir dengan partai Masyumi dengan MOSI INTEGRAL demi menyatukan 16 negara bagian, dari sistem negara Federal Republic United States of Indonesia (USI) atau yang dikenal dengan Negara Indonesia Serikat (RIS) menjadi NKRI.


Coba lihat partai politik sekarang.?


✓ Orientasinya politik rondo ucul.

✓ Demokrasinya lontong sayur.

✓ Kerjaannya cari MAHAR.

✓ Kegiatannya serangan FAJAR.

✓ Kampanyenya ngibuli publik dengan baleho


Para ketua partai politik, mendirikan partai  politik dan terjun ke dunia politik bukan untuk menyalurkan ide, gagasan dan ideology partai, tetapi mayoritas lebih untuk mencari harta, tahta dan rondo.

Ketika musim pemilu datang, mereka berharap bisa menjual RONDO POLITIK untuk mendapatkan MAHAR, supaya tidak  mengeluarkan banyak duit untuk membiayai PEMILU.


Kalau bisa justru mencari keuntungan besar di musim PEMILU dengan menjual dukungan partai untuk mendapatkan MAHAR politik sebesar-besarnya.


Ketika tidak ada yang mau membayar MAHAR politik, mereka ramai-ramai bikin koalisi supaya biaya politik ditanggung bersama dan kalau berhasil menang PEMILU, kue kekuasaanya juga dibagi rata.


Itulah politik RONDO ucul di era demokrasi lontong sayur.


1). KIB itu koalisi yang terus mencari CAPRES semenjak dibentuk, tetapi tidak ada CAPRES yang mampu membawa dana PILPRES dan popularitas.

Sehingga KIB sebagai koalisi harus berkoalisi dengan koalisi lainya.


2). PDI-P juga sama, tidak punya CAPRES sendiri yang populer dan juga minim dana PILPRES.

Mau tidak mau, PDI-P harus bergabung dengan koalisi yang ada. 


Pilihannya hanya 2:


a). Bergabung dengan KPP, tetapi harus berhadapan dengan NASDEM dan PD.

b). Bergabung dengan KIR+KIB, tetapi harus berhadapan lagi dengan LBP dan JOKOWI serta pendukungnya.


3). Sebenarnya PDI-P masih bisa menjadi single partai untuk mengusung CAPRES sendiri, atau bisa berkoalisi dengan KIB.

Setelah itu tinggal mencari urusan dana PILPRES yang tidak sedikit.

Kendala dana PILPRES 2024 inilah yang membuat koalisi partai politik harus berkoalisi lagi koalisi lainya.


4). KPP dan KIR+KIB juga masih membutuhkan partners BOHIR-BOHIR POLITIK untuk membiayai PILPRES 2024.


5). Potensi ARB menjadi tersangka korupsi oleh KPK masih sangat besar.

Petinggi KPK masih NGOTOT ingin menjadikan ARB tersangka.

Kekuataan besar dibalik KPK akan terus mencari jalan untuk menggagalkan ARB maju menjadi CAPRES 2024.

PD juga di obok-obok terus oleh Moeldoko dan kemungkinan besar, Anas Urbaningrum setelah keluar dari penjara.


6). Kemungkinan 1 partai koalisi di tawarin Rp. 5 trilliun hingga Rp.10 trilliun di hari akhir batas pendaftaran PILPRES supaya koalisi SPP bubar, juga masih possibility, bahkan probability.


7). Semua kondisi politik diatas, tidak ada yang menguntungkan rakyat.

Selama rakyat masih figure-oriented dan partai politik oriented, tidak akan mendapatkan keuntungan politik dan ekonomi dari PEMILU.


Politik yang terbaik bagi rakyat luas adalah menjadi "intelligence voters" tidak menjadi figure-oriented dan juga tidak menjadi partai politik oriented.

Rakyat tetap issue-oriented dan tidak memberikan suara (VOTE) secara GRATIS kepada CAPRES.


Selamat menjalankan ibadah puasa dibulan suci Ramadhan, semoga berkah, banyak rejeki, lancar puasanya dan dimudahkan semua urusan didunia.


Tidak semua yg kita lihat itu benar, tidak semua yang kita dengar itu benar, karena mata dan telinga itu tidak bisa dipercaya 100%.

(Ketika kita tidak membutuhkan apa-apa dari kehidupan dunia ini, maka pada saat itulah dunia mulai membuka tirai-tirai rahasianya pada diri kita).


Wilwatikta Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (PERLUDEM) Garuda Media Berita politik

Komentar