Prof Edi Sedyawati selama hidupnya memiliki ketertarikan pada dunia arkeologi dan sastra. Pendidikan S1 dan S3-nya diselesaikan di Universitas Indonesia (UI). Dalam kariernya dia dikenal sebagai pelopor dan pengajar Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Ia juga pernah menduduki jabatan penting di pemerintah sebagai Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Kepergian Prof. Dr. Edi Sedyawati meninggalkan duka untuk semua. Sejumlah tokoh nasional hadir untuk takziah. Di antaranya Aburizal Bakrie. "Terima kasih Bang @aburizalbakrie.id sudah sempat hadir dan memberikan kesaksian bahwa Ibu adalah Orang Baik. Insya Allah pesan Abang akan kami laksanakan untuk terus preserving values yang Ibu tanamkan," tulis Teguh Anantawikrama.
Perempuan yang sibuk
Kesibukannya sehari-hari beberapa tahun sebelum ini masih seputar memeriksa tesis, skripsi, disertasi, persiapan mengajar, melaksanakan penelitian, ia sering juga diminta ikut serta dalam simposium, konferensi, seminar, baik di dalam negeri maupun luar negeri, bahkan menari.
Hobinya memotret dan menyetir mobil sudah lama sekali terpinggirkan. Kiprahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang, khususnya bagi para pemuda dan pemudi tanah air serta pegiat kesenian dan kebudayaan, selain para seniman tari.
Edi Sedyawati sempat berpesan untuk para generasi muda kini hanya satu kata: “Hati-hati…”. Ia berujar lirih namun tegas menandaskan sekali lagi.
Pentas Ilmu di Ranah Budaya
Dalam catatan Tempo, pada 25 Januari 2011, buku Pentas Ilmu di Ranah Budaya: Sembilan Windu Prof. Dr. Edi Sedyawati diluncurkan dan didiskusikan secara terbuka di Bentara Budaya Bali.
Bunga rampai ini merangkum 57 artikel dari seniman, akademisi, serta budayawan terkemuka, dengan topik bahasan yang luas; terkait bahasa, kesenian, organisasi sosial, religi, bahkan sistem ekonomi dan teknologi.
Prof. Dr. Edi Sedyawati lahir di Malang, 28 Oktober 1938, alumnus Arkeologi Universitas Indonesia (1963). Pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1993-1999) dan Governor Asia-Europe Foundation untuk Indonesia (1999-2001), Pembantu Rektor I Institut Kesenian Jakarta, Ketua Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (1971-1976).
Sejak tahun 1990 hingga saat ini menjabat sebagai Penasihat Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Karya-karya tulisnya meliputi bidang-bidang studi arkeologi, sejarah, kesenian, ikonografi, filologi, dan tari telah diterbitkan di berbagai media massa. Disertasinya ”Pengarcaan Ganesa Masa Kadiri dan Singhasari: Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian” (lulus dengan yudisium magna cum laude) telah diterbitkan oleh EFEO, LIPI, dan Rijksuniversiteit Leiden tahun 1994.
Terjemahan bahasa Inggris diterbitkan sebagai Verhandelingen, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV), No. 160, Leiden 1994, berjudul Ganesa statuary of the Kadiri and Singhasari periods, A study of art history.
Edi Sedyawati dianugerahi penghargaan, antara lain Bintang Mahaputera Utama (1998); bintang ‘Chevalier des Arts at Lettres’ dari Pemerintah Prancis (1997); Satyalancana Karya Satya 30 Tahun (1997); Bintang Jasa Utama Republik Indonesia (1995); dan Hasil Penelitian terbaik UI bidang Humaniora (1986).
Sewaktu mendirikan Jurusan Tari di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di tahun 1970-an, Edi Sedyawati mengandalkan minat dan penelitiannya tentang sejarah tari Jawa dan Bali serta memanfaatkan pengalamannya dalam menyusun kurikulum di tempatnya mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Untuk lebih memantapkan bidang kesenian, Edi Sedyawati mengikuti kursus etnomusikologi di East-West Center, Honolulu, Hawaii, AS, 1975.
Komentar
Posting Komentar